ACARA AWARDS ATAU PENGHARGAAN PERTELEVISIAN INDONESIA
YANG TIDAK OBJEKTIF
Menurut
wikipedia bahasa Indonesia, Penghargaan ialah sesuatu yang diberikan pada
perorangan atau kelompok jika mereka melakukan suatu keulungan di bidang
tertentu. Penghargaan biasanya diberikan dalam bentuk medali, piala, gelar,
sertifikat, plaket, atau pita.
Sedangkan
acara penghargaan menurut pendapat saya
secara umum adalah agenda yang di persiapakan oleh suatu pakar atau lembaga
yang kompeten dibidangnya untuk memberi apresiasi bagi orang-orang yang
memiliki dedikasi, kulitas, dan kontribusi besar di suatu bidang tertentu. Jika
acara penghargaan tersebut dalam satu kategori memiliki beberapa kandidat atau
nomine, maka pemilihan haruslah objektif, transfaran, dan valid. Maksudnya
objektif, transparan, dan valid adalah karena di suatu kategori memiliki
beberapa kandidat yang layak, pertama maka pemilihan pemenang haruslah
dilakukan dengan objektif oleh dewan juri atau lembaga terkait dan dipilih bagi
yang benar-benar berdedikasi dan berkulitas. Kedua penjurian haruslah
transparan, tidak ada yang ditutup-tutupi agar terjamin keobjektifitasannya.
Ketiga harus valid, sesuai data dan survei.
Karena
kita masih membahas PERTELEVISIAN INDONESIA, maka bagaimana dengan Kualitas
acara-acara penghargaan yang ditayangkan di stasiun-stasiun tv menurut anda?
Sekali lagi tulisan ini di
buat bukan untuk menjatuhkan salah satu pihak dan memuji pihak lainnya, tulisan
ini di buat berdasarkan pendapat dan pandangan saya, serta di kutip dari
beberapa sumber terpercaya dan FAKTA.
Tak kalah dengan drama atau sinetron Indonesia, acara Pengharggan di stasiun-stasiun TV di
Indonesia pun tak kalah redup dan memalukannya, KENAPA?
Karena pada kasus kebanyakan,
acara penghargaan yang ditayangkan di stasiun-stasiun televisi Indonesia selama
bertahun-tahun, memiliki kredibilitas atau pandangan negatif dari masyarakat
akan kecurangan-kecurangan yang terjadi di acara penghargaan tersebut tiap
tahunnya. Yang mengakibatkan kredibilitas acara tersebut di pandang sebelah mata
dan kualitas acara penghargaan tersebut yang semakin tahun semakin tak di
percaya (redup) dan tak di anggap oleh masyarakat.
Masyarakt sudah bisa menebak
siapa-siapa saja pemenang pengharggan-pengharggan tersebut. Dikarenakan para
pemenang di pilih bukan karena dia berkulitas, melainkan dari mana pemenang
bernaung, popularitas (tak peduli mereka populer bukan karena karyanya
melainkan karena sensasi, yang kadang dilebih-lebihkan oleh stasiun tv tersebut
untuk mengngakat anak asuhnya), dan rating. Perlu di garis bawahi,
rating di Indonesia tak menjamin kulitas tayangan tersebut memilki konten yang
baik.
Ketidak objektifan acara-acara pengharggan yang sudah
tercium sudah lama oleh masyarakat dan sering di sindir oleh para Netizen,
kontroversi dan protes yang telah dilayangkan oleh masyarakat dan pihak-pihak
tertentu pun, seakan tak terdengar di telinga mereka (MUNGKIN MEREKA TULI SEMUA
ATAU PURA-PURA TULI?), mereka tetap mengadakan acara-acara tersebut tiap
tahunnya hanya untuk sebuah formalitas
dan reputasi pribadi. Mereka memaki alasan “Acara tersebut berlangsung untuk
memberi apresiasi bagi orang-orang yang berkontribusi di bidang seni”. Seakan
jika salah satu acara pengharggan di berhentikan maka apresiasi bagi para
kontributor di bidang seni hilang kali, hahaha.
Itu Karena Mereka Lupa, Apa Itu Pengharggan?
Menurut saya percuma anda
membawa banyak piala atau trofi dari acara pengharggan tersebut. Jika
masyarakat sendiri, juri UTAMA dan paling jujur TAK MENGHARGAI acara tersebut.
Tanpa memungkiri masih ada
beberapa pengharggan yang memiliki kredibilitas dan terpercaya. Tak bermaksud
memuji pihak tertentu, saya pribadi menghormati pengharggan Festival FILM
Bandung yang sejauh ini tetap memberikan apresiasi berdasarkan kualitas, bukan
popularitas kepada para sineas dan seniman Indonesia bahkan luar negeri, baik
di bidang film maupun pertelevisian.
Ayo kita berangkat ke Level yang lebih PEDAS!
Beberapa Pengharggan yang
tayang di stasiun TELEVISI:
1. Anugrah
Music Indonesia
Menurut
WIKIPEDIA INDONESIA:
Anugerah Musik Indonesia
(sering pula disebut AMI Awards)
(dahulu BASF Awards dan HDX Awards) adalah sebuah penghargaan
yang diberikan oleh Yayasan Anugerah Musik Indonesia (YAMI) dengan gagasan dari
Asosiasi Industri Rekaman (ASIRI), Persatuan Artis, Penyanyi, Pencipta Lagu,
dan Penata Musik Rekaman Indonesia (PAPPRI), serta Karya Cipta Indonesia (KCI).
Konsep penghargaan ini mengacu pada National Academy of Recording Arts and
Sciences (NARAS), komite yang menyelenggarakan Grammy Awards
di Amerika Serikat. AMI merupakan ajang penghargaan tertinggi bagi industri
musik Indonesia
yang statusnya setara dengan Festival Film Indonesia untuk industri
film.
Sejarah:
Ajang
penghargaan tahunan ini pertama kali digelar pada tahun 1985. Setelah sebelas
tahun digelar secara berturut-turut hingga tahun 1996, ajang penghargaan ini
kemudian dihilangkan dan diganti oleh Anugerah Musik Indonesia.
Ajang
penghargaan ini diadakan oleh produsen pita kaset BASF. Pemilihan pemenang
didasarkan atas 2 kategori, yaitu kategori penjualan dan kategori artistik.
Pemenang untuk kategori penjualan dipilih berdasarkan penjualan tertinggi di
masing-masing genre,
seperti pop, rock, dan jazz. Sementara untuk kategori artistik dipilih oleh
juri khusus yang menilai pemenang berdasarkan kualitas karyanya.
AMI
pertama kali digelar pada tahun 1997
dan sampai tahun 2015
telah memiliki 18 penyelenggaraan. Pada tahun 2007,
AMI sempat vakum dalam penyelenggaraan. Namun, pada tahun tersebut AMI Dangdut Awards digelar untuk pertama
kalinya sebagai ajang penghargaan khusus untuk kategori musik dangdut.
Sayangnya, ajang penghargaan tersebut tidak pernah diselenggarakan lagi pada
tahun berikutnya.
Sepanjang
sejarah perhelatannya, AMI telah menambah dan menghapus berbagai kategori
penghargaannya. Selain menyajikan kategori-kategori reguler seperti Album
Terbaik dan Penyanyi Terbaik di berbagai bidang musik, AMI juga memberikan
beberapa penghargaan khusus tanpa nominasi. Lifetime Achievement Award
diberikan setiap tahunnya khusus untuk orang-orang yang berjasa dalam
perkembangan musik Indonesia. AMI juga pernah menganugerahi penghargaan Artis
Asing Terbaik untuk Siti Nurhaliza
pada tahun 2000,
serta penghargaan khusus Artis Internasional Terbaik kepada Anggun C. Sasmi
pada tahun 2006
atas pencapaiannya sebagai penyanyi Indonesia dengan karier internasional yang
gemilang.
AMI adalah pengahrgaan musik tertua di Indonesia yang
di siarkan di stasiun TV, meski tak banyak kasus yang terjadi pada ajang
pengharggaan ini, sama halnya seperti pepatah bilang bahwa tak ada yang abadi
dan sempurna di dunia ini, dan manusia takan pernah puas. Begitu pula dengan
ajang penghargaan ini di kutip dari KOMPASIANA, bahwa ada seorang blogger yang
merasa kurang puas dengann ajang pengharggan ini. Dan saya yakini, pasti banyak
di luar sana yang sependapat dengan dia. Sekar Sari Indah Cahyani dalam blognya
di kompasian yang berjudul, “AMI Awards di mata saya”
Pertama,
nama yang berubah-ubah.
Saat
bertama kali digelar ajang ini mengunakan nama Anugerah Musik Indonesia atau
AMI Awards. Lalu pada 2000, bertambah menjadi AMI Sharp Awards. Tentu saja
penambahan nama perusahaan elektronik karena dia menjadi sponsor utama acara.
Setelah kerjasama dengan Sharp berakhir, AMI pun mengandeng perusahaan
elektronik lainnya sebagai sponsor. Dan namanya kembali berubah menjadi AMI
Samsung Awards. Sebenarnya sih menggunakan nama sponsor dalam sebuah acara
bukan hal yang baru. Di dunia sepakbola, kita mengenal pial AFF yang sebelumnya
bernama Piala Tiger, lalu Panasonic Awards—kalau ini memang jelas--. Hanya saja
saya berharap, kedepannya nama penghargaan ini tidak berubah hanya karena
sponsor.
Kedua,
kategori yang berubah-ubah.
Tidak
hanya nama, kategori penghargaan yang diberikan oleh AMI juga berubah-ubah. AMI
terkadang menghapus atau menambah penghargaan yang diberikan. Memang ada
kategori regular yang setiap tahun ada, misalnyanya saja album terbaik,
penyanyi terbaik. Tapi pada tahun 2000,AMI pernah memberikan penghargaan artis
asing terbaik kepada penyanyi Malaysia, Siti Nurhaliza. Dan pada
penyelenggaraan-penyelengaraan berikutnya, penghargaan ini menghilang. Lalu
pada 2006, kembali memberikan penghargaan kepada penyanyi Angun C Sasmi atas
prestasinya di dunia musik internasional. Terlepas dari sukses atau tidaknya
Anggun di pentas music luar, sayapenghargaan ini seharusnya tetap ada. Toh ada
penyanyi local yang juga terkenal di luar negeri. Sebut saja Tielman Brother
(it’s quite annoying, when the first and most influenced band from your country
almost forgotten), the young and talented Meeghan Henry, Mocca, dan masih
banyak lagi. Just name it. Kalau memang ingin mengapresiasi para penyanyi lain
agar terus berkarya dan membawa nama Indonesia di luar negeri, kenapa tidak
terus mengadakan kategori ini. Pun dengan artis luar yang dinilai berhasil
berkarir di Indonesia. Jangan diadakan lalu kemudian hilang tak berbekas.
Ketiga,
pemenang yang ….
Masalah
ini memang mengundang kontroversi. Untuk beberapa kategori, terkadang pemenang
sudah sangat jelas hanya karena nama mereka. Misalnya saja, ketika almarhum
Chrisye masuk ke dalam nominasi, hampir dapat dipastikan dia menjadi
pemenangnya, atau Noah di AMI Awards 2013.Hallo, he is Chrisye or they are
Noah, it’ s so obvious for them to win (right now, idk tomorrow).
Tapi
terkadang ada juga pemenang yang diluar dugaan. Misalnya saja Coboy Junior yang
menang di kategori artis duo/grup lagu anak-anak AMI 2013. Saya memang belum
pernah mendengar album mereka jadi tidak tahu keluruhan lagu mereka. Tapi saya
belum pernah mendengar mereka menyanyikan lagu anak-anak. Sejak kapan lagu Eaaa
dan Kamu menjadi lagu anak-anak. Uniknya, album mereka justru tidak masuk dalam
kategori lagu anak-anak terbaik atau album lagu anak-anak terbaik.Di kategori
lagu anak yang menang justru Best Friend Forever (Super 7), dan di album lagu
anak-anak Super 7 kembali menang. Jadi dimana letak anak-anaknya Coboy Junior? Apa
hanya karena masalah umur yang tergolong masih anak-anak? Tapi kalau masalahnya
di umur kenapa Uya Kuya dan Sheila On7 bisa masuk nominasi? Kan, bingung kan.
Belum
lagi di kategori grup vocal terbaik, dimana Cherrybelle berhasil menjadi juara.
Grup vocal terbaik, saudara-saudara. Saya belum pernah mendengar grup ini
menyanyi live. Bahkan saat mengisi AMI Awards mereka lip sync. Ini kita bicara
tentang vocal ya, bagaimana menilainya kalau mereka tidak pernah menyanyi live.
Hanya berdasarkan hasil rekaman? Atau mungkin saya yang tidak gaul karena tidak
pernah mendengar grup ini menyanyi secara live, sementara yang lain terutama
juri AMI pernah
Saya ingat bagaimana Ashlee Simpson dihujat
habis-habisan ketika ketahuan lip sync. Jangan lupa juga dengan skandal lip
sync Vanilla Ice Milli Vanilli. Tapi kenapa di negeri ini lip sync seolah hal
yang lumrah? Dimaafkan dengan alasan teknis. Apa iya system audio stasiun
televisi nasional sedemikan parah sehingga penyanyi ‘harus’ lip sync? Ah, kalau
membahas masalah ini tidak akan pernah ada habisnya. Saya justru lebih
menghargai BASF Awards yang dulu pernah digelar di negeri ini. Mereka
menggunakan parameter yang jelas dalam penghargaan, yaitu kategori penjualan
dan artistic. Jadi kita bisa tahu siapa artis yang memiliki penjualan album
terbaik, dan siapa yang menang karena dinilai berdasarkan kualitas karya.
Memang kesannya boros, tapi ini jauh lebih fair. Tapi untuk di zaman sekarang
mungkin agak susah karena penjualan fisik tidak terlalu bagus. Karena saat ini
lagu lebih banyak dijual secara online atau streaming.
Saya pun berharap hal yang
sama dengan beliau, semoga kedepannya AMI menjadi ajang penghargaan yang
bermartabat tinggi, dihormati, konsekuen, dan bukan hanya sekedar memberi
pengharggan saja kepada seniman musik, tapi juga mengangkat musik itu sendiri
sehingga tidak redup seperti dewasa ini.
2.
Indonesian
Television Awards (ITA)
Menurut
WIKIPEDIA INDONESIA:
Indonesian Television Awards (ITA) adalah penghargaan tahunan
bagi program televisi, insan pertelevisian serta insan musik terpopuler di
Indonesia berdasarkan jajak pendapat terhadap top of mind pemirsa mengenai
program televisi di Indonesia yang dilakukan di 22 kota dari 17 provinsi oleh
lembaga independen Roy Morgan Research. Penghargaan ini pertama kali diadakan
pada tahun 2016 dan disiarkan oleh stasiun televisi RCTI dan MNCTV. Pemilihan
pemenang dilakukan oleh pemirsa televisi sementara perhitungan & validitas
hasil pemilihan dilakukan oleh lembaga independen Provetic. Proses pemilihan
berlangsung mulai 22 Agustus-12 September 2016. Hasil voting akan diumumkan
pada acara Malam Puncak yang digelar pada 15 September 2016.
Acara pengharggan ini baru
di adakan tahun kemarin dan mengundang salah satu aktor Korea Jin Goo yang
mendapatkan pengharggan khusus. Walau saya kurang mengerti kenapa Jin Goo dapat
pengharggan tersebut, tapi saya lihat pengharggan ITA ini memberikan penilaian
berdasarkan populasritas dan rating suatu acara
atau seniman televisi. Jadi masyarakat gak bisa memaksakan kulitas untuk menang
di sini. Kita doakan saja, mudah-mudahan acara yang baru seumur jagung ini
dapat menjaga eksistensi dan kredibilitasnya. Amiiiiiiiiiiiiiiiiiiiin
3.
Anugerah
Komisi Penyiaran Indonesia (Anugerah KPI)
Menurut
WIKIPEDIA INDONESIA:
Anugerah
Komisi Penyiaran Indonesia (atau disebut juga sebagai Anugerah KPI) adalah
penghargaan penyiaran Indonesia yang dipersembahkan oleh Komisi Penyiaran
Indonesia. Anugerah ini rutin diadakan sebagai bentuk apresiasi KPI atas kerja
keras lembaga penyiaran yang berupaya menyuguhkan konten siaran yang menarik
namun tetap sehat dan berkualitas.
Anugrah KPI pertama kali di adakan pada tahun 2008 dan
saya sangat respect dengan pengharggan yang di berikan oleh KPI ini, karena
penilaian berdasarkan kulitas seberapa baik acara/seniman memberikan informasi
dan edukasi kepada penonton, yang memperlihatkan dan menjungjung tinggi nilai
jati diri prilaku masyarakat bangsa kita.
Kalian bisa lihat dari para pemenang tahun lalu baik
para nominasi dan pemenang benar-benar layak mendapatkannya. Karena Anugrah KPI
di berikan bukan hanya berdasarkan kualitas keselurahan suatu acara, melainkan
konten atau tema dalah sebuah episode yang paling memiliki kualitas siar dan
edukasi paling berpengaruh pada bangsa dan masyarakat. Itu dikarenakan KPI
merupakan lembaga tertinggi negara untuk menilai hak siar siaran, jadi itu
pantas untuk kita apresiasi akrebilitasnya. Maju terus KPI, hanya satu saran
saya, JANGAN SAMPE MENGHILANGKAN NILAI SUATU SENINYA!
4.
Festival
Film Indonesia (FFI)
Menurut
WIKIPEDIA INDONESIA:
Festival Film Indonesia pertama kali diselenggarakan
pada tahun 1955 dan berlanjut pada tahun 1960 dan 1967 (dengan nama Pekan
Apresiasi Film Nasional), sebelum akhirnya mulai diselenggarakan secara teratur
pada tahun 1973. Mulai penyelenggara-an tahun 1979, sistem Unggulan (Nominasi)
mulai dipergunakan.
FFI sempat terhenti pada tahun 1992, dan baru diselenggarakan
kembali tahun 2004.
Penghargaan ini tidak diselenggarakan pada tahun
1956-1959, 1961-1966, 1968-1972 serta pada masa mati suri-nya perfilman
Indonesia pada tahun 1993 sampai tahun 2003.
Pada perkembangan FFI, panitia juga memberikan
penghargaan bagi karya-karya televisi. Penghargaan bagi insan televisi
dinamakan Piala Vidia. Diselenggarakan sejak tahun 1985, Piala Vidia masih
mendompleng atau diadakan berbarengan dengan FFI sampai tahun 1990.
Sejak tahun 1992, Piala Vidia diberikan terpisah
dengan FFI, dan diadakan dalam FSI atau Festival Sinetron Indonesia.
Pengharggan FFI merupakan
salah satu ajang pengharggan yang menuai banyak kontroversi, pada awal
penyelenggaraannya saja FFI sudah
mendapat sorotan. Bisa anda lihat di daftar pemenangnya di Wikipedia bahwa ada
dua Film yang memenanghakn Film terbaik pada tahun 1955 tersebut. Pada awalnya
film “LEWAT DJAM MALAM” tidak berhasil memenangkan film terbaik pada saat itu,
melainkan “TARMANIA” karya Lilik Sudjio yang memenangkannya. Namun banyak
kritikus Film yang menilai bahwa ada Film yang lebih baik dari film “TARMANIA”.
Dan FFI pun menetapkan film “LEWAT DJAM MALAM” sebagai pemenang juga.
Tidak berhenti di sutu
kontroversi pun terus berlanjut, tahun berikutnya FFI dilaksanakan lima tahun kemudian
tepatnya pada tahun1960. Saat itu film “PEDJUANG” karya Umar Ismail mulanya
digadang-gadang sebagai film terbaik. Namun dewan juri memberikannya pada film “TURANG”
karya Bachtiar Siagian, dan membuat Umar Ismail tak mengikutkan karya-karyanya
lagi di ajang tersebut.
Pada tahun 1967, 1977, dan
1984 FFI tak ada pemenang dalam film terbaik. Lalu pada tahun 1980 kontroversi
terjadi pada salah satu nimine di mana film “YUYUN PASIEN RUMAH SAKIT JIWA”,
masuk nominasi film cerita panjang padahal film tersebut memilki izin sebagai
film pendek. Dan yang paling kontroversial adalah menangnya film “EKSUKL”
garapan Nayato Fio Nuala yang menyabet tiga piala citra pada tahun 2006. Namun
kemenangannya di protes oleh banyak pihak terutama para sineas dan pengamat
film, karena melakukan plagiat.
Pada tahun 2008 FFI tak
memasukan film “LASKAR PELANGI, AYAT-AYAT CINTA, dan DOA YANG MENGANCAM”, gagal
masuk nominasi. Padahal film-film tersebut di rasa pantas untuk bersaing di
kategori film terbaik. Pad tahun 2010 terjadi hal yang hampir serupa dengan
tahun 2008, dua film yang layak masuk nominasi, tak masuk nominasi yaitu film
“SANG PENCERAH” yang katanya tak masuk nomine karena tak menyertakan fakta yang
akurat sesuai sejarah, dan film “DARAH GARUDA” yang sama tidak masuk nomine
karena di sutradarai oleh orang non Indonesia.
Tanpa mengurangi rasa hormat
saya, jujur saya sangat apresiasi ajang pengharggan ini. Namun seperti yang
sudah di katakan tak ada yang sempurna di dunia ini, termasuk ajang pengharggan
besar nan bergengsi sekelas FFI pun tak luput dari kontroversi-kontroversi di
atas. Memang kontroversi tersebut tak terjadi tiap tahunnya, TAPI!!!!!
Hampiiiiiir terjadi setiap tahun. Mungkin para dewan juri lelah dan mereka juga
manusia. Namun justru itulah tugas mereka, yang saya paling sayangkan adalah
salah satu alasan mereka tentang sebuah film yang di sutradarai oleh non
Indonesia. Walau saya belum pernah menonton film “DARAH GARUD”, jika film
tersebut di peruntukan atas nama Indonesia. Apakah sutradara non Indonesia
masih harus di pertanyakan? Apa kabar dengan “EKSKUL” dana para sineas yang
Indonesia yang berpasrtisipasi dalam film “DARAH GARUDA”. Seharusnya juri lebih
bijak dan paham mana yang boleh dan tidak. Apa jadinya jika orang Indonesia
yang berkarya di negara orang, tapi tak dihargai?
5.
Festival
Sinetron Indonesia (FSI)
Menurut
WIKIPEDIA INDONESIA:
Festival Sinetron Indonesia (FSI) merupakan ajang
penghargaan dan apresiasi bagi dunia sinetron di Indonesia. FSI pertama kali
diselenggarakan pada tahun 1994 dan berlangsung setiap tahunnya hingga 1998.
FSI diadakan di saat Festival Film Indonesia mengalami vakum sejak terakhir
diberikan tahun 1992. Seperti halnya FFI, FSI juga memilih Aktor, Aktris, Sutradara
dan Sinetron Terbaik.
Penerima penghargaan ini akan mendapat Piala Vidia
Utama sebagai lambang supremasi karya sinetron terbaik.
Pada 14 Desember 1994, untuk
pertama kalinya dihelat Festival Sinetron Indonesia di Jakarta Convention
Center. Festival ini memberikan penghargaan bagi insan dan program-program
sinetron terbaik di tahun tersebut, dengan melibatkan partisipasi dari seluruh
stasiun televisi pada saat itu, seperti TVRI, RCTI, SCTV, ANTV, TPI dan
Indosiar.
Awalnya, Panitia Tetap FSI
dibentuk berdasarkan SK Menteri Penerangan tahun 1993 dengan masa tugas lima
tahun. Setelah itu, sejak 1994 sampai 1998, FSI berlangsung secara kontinu
setiap tahunnya. 1999, karena secara administratif tugas Panitia Tetap berakhir
Maret 1999, maka FSI 1999 tidak dapat dilaksanakan. Praktis, FSI terakhir
memberikan penghargaannya di tahun 1998. Setelah vakum begitu lama Piala Vidia
kembali diadakan pada tahun 2004, berbarengan dengan FFI. Kembali terhenti
tahun 2007 hingga 2010, dan kembali diadakan pada tahun 2011 hingga 2014. Namun
kembali berhenti sampai sekarang.
Ajang pengharggan ini dirasa
kurang konsisten dalam memberikan apresiasi bagi para insan pertelevisian. Atau
karen dari awal, ajang ini tercipta karena untuk pengalihan, sebab Ferfilman
lesu? Sehingga pengadaannya tidak konsisten, seperti memberi surprise apakah
tahun ini FSI akan hadir atau tidaknya?
Semoga para dewan FSI
ataupun FFI mengukuhkan kehormatan ajang pengharggan yang terhormat ini!
(hahaha bahasa gue ngeriiiiii)
6.
Festival
Film Bandung
Menurut
WIKIPEDIA INDONESIA:
Festival Film Bandung (FFB) adalah bentuk apresiasi
perfilman oleh komunitas Forum Film Bandung.
Pertama kali diadakan sejak tahun 1987 rutin hingga
saat ini. Bahkan saat Film Indonesia 'tidur' dengan lelapnya diera 90-an, dan
FFI tidak mengadakan penghargaan bagi insan perfilman, namun FFB tetap
mengadakannya dengan memilih Film Televisi dan Film Asing dari Asia atau Barat.
Jika penghargaan lain memberikan gelar Terbaik, maka
FFB memberikan gelar Terpuji. Selain itu terdapat pula pemenang yang lebih dari
satu atau disebut juga Pemenang Ganda.
Ajang pengharggan ini sampai sekarang masih
berlangsung dan merupakan salah satu ajang pengharggan paling dihormati oleh
para insan seni, karena konsistensi dan penjuriannya yang layak di acungkan
jempol.
7.
Indonesian
Dangdut Awards
Menurut WIKIPEDIA INDONESIA:
Indonesian Dangdut Awards (disebut IDA) adalah
penghargaan tahunan bagi insan penyanyi dangdut berprestasi dan terpopuler di
Indonesia. Pada malam penganugerahan menampilkan penyanyi dan seniman dangdut
terkemuka, yang prestasinya sudah tidak diragukan lagi. Acara penganugerahan
ini mirip dengan Anugerah Dangdut Indonesia yang diadakan di MNCTV yang jauh
mendahuluinya. Namun, penghargaan ini jauh lebih besar dan mewah, serta selalu
memberikan warna yang berbeda di setiap tahunya. Penghargaan ini juga
diadaptasi dari Anugerah Musik Indonesia.
Penganugerahan pertama Indonesian Dangdut Awards
diadakan pada 11 Juni 2014 untuk menghargai prestasi insan dangdut Indonesia di
tahun 2013, disiarkan langsung di Teater Tanah Airku oleh stasiun Indosiar.
Kini penghargaan ini selalu dilakukan setiap tahunya untuk mengapresiasi karya
seniman dangdut di tahun sebelumnya dan saat itu.
8. Panasonic Gobel Awards (atau yang dulu bernama
Panasonic Awards, sering disingkat PGA)
Menurut WIKIPEDIA INDONESIA:
Panasonic
Gobel Awards (atau yang dulu bernama Panasonic Awards, sering disingkat PGA)
adalah penghargaan tahunan bagi insan dan program televisi terfavorit di
Indonesia berdasarkan jajak pendapat yang pertama kali dilakukan oleh tabloid
Citra. Pertama kali diadakan pada 1 Juni 1997 yang disiarkan oleh Indosiar
namun seiring dengan waktu pada tahun 2000 ditayangkan pindah dari Indosiar ke
RCTI dan sejak tahun 2003 ditayangkan bersama oleh RCTI, MNCTV, dan Global TV.
Sejak 2004 pemilihan dilakukan melalui survei Nielsen Media Research dan hasilnya
ditabulasi oleh Ernst & Young.
Kalo udah ngebahas tentang pengharggan di stasiun TV,
tidak lengkap rasanya dengan salah satu pengharggan yang terus terselenggara
tiap tahunnya. Yah, memang acar pengharggan yang satu memang selalu konsisten
merayakannya tiap tahun. Namun bukan hanya itu, acar ini di gadang-gadang akan
selalu konsisten dengan kontroversi setiap tahunnya juga. Tak ayal acar
pengharggan satu ini, sudah tak asing lagi bagi masyarakat kita, namun bukan
karena akrebilitasnya justru karena keganjilan-keganjilan yang terjadi tiap
tahunnya. Masyarakat seakan sudah di buat bosan atau bahkan tahu siapa-siapa
saja yang akan menang tiap tahunnya. Acara pengharggan yang satu ini pula
memiliki gelar di mata masyarakat, yang mungkin merupakan sebuah sindiran atas
pihak tersebut yang sering jadi viral tiap tahunnya dengan, “PGA Awards atau
RRTI Awards?”.
Karena terlalu banyak kejanggalan, kita ambil saja
beberapa yang penomenal saja:
1)
Di
lansir dari Merdeka.com pada PGA 2010
Pada gelarannya
di tahun 2010, pihak Trans TV dan Trans7 merasa kecewa karena tiap penghargaan
yang dimenangkan pihak Transcorp selalu tidak ditayangkan dan justru dimasukan
jeda iklan. Pada akhirnya, jelang penghargaan Panasonic Gobel Award di tahun
2011, pihak Transcorp melakukan boikot karena dianggap tidak proporsional dalam
segi penayangan.
2)
Di
lansir dari kompasiana “Jeremy Teti merasa PGA 2014 Dagelan”
“Enam tahun
berturut-turut masuk nominasi (Panasonic Gobel Award) , dan sekarang saya baru
menang, terimakasih Tuhan, terimakasih. Ini enggak saya sangka loh. Tapi, kalau
dibilang kecewa, saya kecewa, bingung juga. Saya mendapatkannya setelah keluar
dari SCTV," ucapnya, di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta.
Betapa keanehan muncul saat itu JT yang sudah bukan
presenter berita lagi di SCTV pada tahun itu masuk nominasi dan menang. Dengan masuknya
di nominasi saja sudah membuat bingung, dan ini menang pula. Sebelum-sebelumnya
saat ia masuk nominasi dan masih jadi presenter dia tak pernah memenangkan
awrds itu, mungkin karena dia bukan dari stasiun TV XXXX. Kasihankan sama
presenter yang lain yang sudah susah payah selama setahun bekerja keras agar
masuk nominasi. Bukannya JT tak pantas, JT sangat pantas mendapatkan pengharggan
itu, namun seharusnya saat dia masih berkutik di dunia presenter, atau kalu
tidak dia seharusnya mendapatkan pengharggan khusus, jika mau?????
3)
Di
lansir dari Tribunnews.com “Ini Panasonic Atau RCTI Awards Sih? Ampun Deh!”
‘Daftar pemenangnya sangat didominasi para artis dan
program-program bikinan RCTI.
Teknisnya penyiarannya pun terkesan 'pilih kasih.'
Pengamatan Tribunnews.com, Pemimpin Redaksi TVOne, Karni Ilyas, yang menggaet
kemenangan lewat mata acara "Indonesia Lawyers Club" (Kategori Program
Talkshow Berita) sampai menyindir halus.
Itu karena saat program acara itu dinyatakan menang,
siaran yang dipancarkan secara live di RCTI dan MNC TV itu langsung menayangkan
iklan.
Padahal ketika acaranya RCTI menang, tidak ada iklan
berseliweran.
"Tadi karena pas saya menang ketutup iklan, ini
saya mau sampaikan terima kasih dulu kepada pemirsa TVOne yang sudah memilih
acara Indonesia Lawyers Club," kata Karni Ilyas ketika diberi kesempatan
membacakan sebuah nominasi penghargaan.
Tribunnews.com juga memantau obrolan aroma
ketidakadilan ajang Panasonic Awards itu juga bermunculan di berbagai jejaring
sosial.
Bahkan di situs Kompasiana, muncul tulisan dengan judul
"Panasonic atau RCTI Awards?"
Penulisnya Adhtyo Haryandi, seorang blogger.
"Acara awards ini sudah membuat saya muak sejak
beberapa tahun lalu. Tetapi saya selalu mengikuti Panasonic Awards sambil
berharap ada perubahan di setiap tahunnya. Tetapi harapan saya bertepuk sebelah
tangan, acara RCTI dan artis pengisi acara RCTI terus saja memenangi
awards," tulisnya.’
Bagaimana menurut kalian, apa yang kalian pikirkan
tentang PGA ini?
4)
Pada
PGA 2015, terjadi kejanggalan atas kemenangan 7 Manusia Harimau. Di lansir dari
Branda.co.id
‘Dalam ajang Panasonic Gobel Award 2015 lalu, sinetron
7 Manusia Harimau menang manis dengan mengalahkan nominator-nominator lainnya
dalam kategori Drama Seri Terfavorit. Sayangnya, kemenangan 7 Manusia Harimau
ini oleh sebagian netizen dianggap kurang meyakinkan karena adanya sebuah twit
misterius dari akun twitter beberapa netizen yang melakukan vote otomatis bukan
dari penggunanya secara langsung. Belakangan diketahui, twit otomatis tersebut
dilakukan melalui aplikasi Rising Star Indonesia.
Awalnya, hal ini dikemukakan oleh seorang kaskusers
dengan id indXtreme dengan judul thread ‘Pernah install aplikasi Rising Star
Indonesia? Cek timeline twittermu, KUAT DUGAAN twittermu sudah disalahgunakan‘.
Dalam penuturannya, kaskuser ini mengakui sedang iseng mengecek profile
twitternya pada tanggal 24 Mei lalu. Namun rupanya kaskuser ini menemukan
sebuah twit aneh yang tak pernah ia kicaukan sama sekali. Isi twit tersebut
adalah ‘Drama Seri 7 Manusia Harimau #PGAwards2015’ yang merupakan sebuah twit
dukungan untuk sinetron 7 Manusia Harimau.
Walau banyak yang mendukung aksi kaskuser tersebut
untuk melaporkan tindakan penyalahgunaan aplikasi ini, rupanya tak sedikit pula
yang membeberkan beberapa kemungkinan ‘kesalahan’ dari kaskuser ini. Seperti
dalam beberapa respon balik beberapa kaskuser lainnya yang mengingatkan bahwa,
apakah dari si kaskuser tersebut telah mengizinkan pihak Rising Star untuk melakukan
Read dan juga Write dalam akun twitternya, “Agan baca dulu gak permisson ketika
nginstall itu apps? Jangan-jangan itu apps udah request permission dan agan
klik yes yes aja. Kalo gitu bukan salah appsnya jadinya.tapi agan yang
teledor.setuju kalo itu apps nyebelin dengan overide timeline.cuma gak mungkin
apps bisa ngetweet tanpa dikasih otoritas ( lewat permission tadi ) oleh user”
komentar seorang netizen.
Namun, sang kaskuser ini kembali memberikan opininya
mengenai twit otomatis Rising Star Indonesia, “term & permission WRITE gk
sampai melenceng segitunya gan. permission WRITE biasanya hanya untuk posting
ke twitter saat voting peserta rising star berlangsung sesuai persetujuan user,
FYI Permission Instagram juga READ and WRITE tetapi gk pernah posting diluar
keinginan user” tulisnya.’
5)
Di
kutip dari Beranda.co.id beberapa sindiran Netizen tentang acara ini pada tahun
2016 lalu:
“#PGAwards2016
itu apaan sih???award apaan?? Dari RCTI??buat RCTI??? Di “borong” smua tu piala
sm RCTI.. Award gak Jelas!!!” kata @rreezzkkaa. “Sia sia sampe vote berribu2
kartu kalo cuma adanya SETTINGAN #PGAwards2016 @PGAwards ganti aja namanya
gaUsah PGA tapi RCTIawards !!” protes @@ALicious_PKL
Kemenangan Dude
Harlino sebagai aktor favorit. Menurut netizen, Dude sudah lama tak tampak main
sinetron namun tetap menang sebagai aktor favorit. “Yg menang @PGAwards aktris & aktornya
mang ada sinetronnya ya???? , award abal abal!!! #PGAwards2016” kritik @AdriansyahGhany.
“Masih aja heran, si dude beberapa taun ini nggak main sinetron kan?kok bisa
menang?? @PGAwards #PGAwards2016” komentar @Psyrf_
Meski dianggap
tak mendidik dan berkali-kali ditegur Komisi Penyiaran Indonesia, acara komedi
Pesbukers berhasil memenangkan kategori Komedi. “Eaaa… Menang niyee…Makin nyata
klo #PGAwards2016 beserta pemenang plus artisnya memang buta tuli n menuhankan
bully.. sukak deh gue..??? ” kata @de_iwi. “Ko bisa si pesbukers menang ??
Acara ga bermutu merusak generasi bangsa tdk mendidik #PGAwards2016 @KPI_Pusat
tolong di teliti siaran di tv” kritik @ @AprildaAjeng atas penghargaan
Panasonic Gobel Awards 2016 ini.
Di lansir dari
yang lainnya iyya.com “Mendominasi 'Panasonic Gobel Awards 2016', RCTI
Justru Banjir Cibiran Netizen”
"Kenetralan
nya masih belum, masih sama seperti taon" lalu itu" aja yg
menang," ungkap pemilik akun @ganjarprastyo.
"Ini
langganan menang hrs menang pdhl yg lain lbih oke," tulis akun
@artikavalentina.
"Ini mah
RCTI award namanya hahaa, semoga taun depan PGAwads disiarkan dtv lain,"
tulis akun @ana_maghfiroh94.
Sementara itu
berdasarkan hasil penjurian yang dilakukan, RCTI memang terlihat sangat
mendominasi daftar pemenang. Tercatat pihaknya telah berhasil membawa pulang 9
trophy dari 15 kategori program televisi yang telah dinominasikan. Adapun
kategori tersebut antara lain:
1. Drama Seri
Terfavorit (Anak Jalanan)
2. Kuis &
Game Show Terfavorit (Sasuke Ninja Warrior Indonesia)
3. Infotainment
Terfavorit (Silet)
4. Music &
Variety Show Terfavorit (Dahsyat)
5. Pencarian
Bakat & Reality Show Terfavorit (The Voice Indonesia)
6. Pertandingan
Olahraga Terfavorit (Asian Football Cup U-23)
7. Anak-anak
& Animasi Terfavorit (Kiko)
8. Berita
Terfavorit (Seputar Indonesia)
9. Special Event
Terfavorit (IMA Awards 2016)
Bahkan Deddy Corbuzier pun ikut berkicau di akun media
sosialnya karena salah satu acara yang kurang bermutu bisa menang (aduh mas Deddy
kemana aja yah baru berkicau, masyarakat mah udah dari dulu tau masalah kaya
gini. Udah gak aneh mas hikhik miris + malu aku sama bangsa ini):
"Kok
ya bisa acara alay umbar aib.. pembawa acara isinya cuma teriak2 geli ga
karuan.. Candaan grepe2... jam tayang di ganti2 sampe malam ke subuh (mungkin
pas sama jam pocong2 nonton) dapat AWARD... Dan bangga pula. Ga sekalian aja
Puter film esek2?" tulis akun @mastercorbuzier.
Kicauan
lainnya…
"Gw
pingin tau.. anak2 produser dan direksi nya di rumah pada nonton acara nya
sendiri apa enggak yahh? Nyari Rating sama Uang yahh gak gitu2 juga lah...
Pemain nya di bayar berapa coba ... (ketika TV jadi ajang jual diri)...."
tulisnya.
"Nanti
anak anak nya pada besar liat ortu nya di youtube joget teriak2 sambil grepe2
trus bapak ibu nya nerangin nya apa yahh?"
"Cari
uang susah nak... Halal sih memang... ketika semua hal di halal kan. BRO ur
Pathetic," tulis @mastercorbuzier.
Segitu aja dulu yah fakta-fakta dan kejanggalan
PGA-nya kebanyakan soalnya kalo di bahas semua. Pusing palaku dan sedih banget
kalo bikin blogg tentang stasiun tv negara kita yang banyak sisi negatifnya
dari pada positifnya.
NEXT
à
9.
Indonesia
Movie Actor Awards (IMAA)
Menurut WIKIPEDIA INDONESIA:
Indonesia Movie Actor Awards (IMAA) (dahulu Indonesian
Movie Awards (IMA)) adalah penghargaan bagi insan perfilman yang dimulai sejak
tahun 2007. Ajang penghargaan ini dibuat karena ajang FFI 2006 yang hasilnya
cukup mengecewakan bagi Masyarakat Perfilman Indonesia. Namun IMA dibuat bukan
untuk menandingi FFI. IMA hadir untuk memberikan apresiasi kepada pemeran film
terbaik, karena mereka punya bakat dan prestasi. IMA setiap tahun akan selalu
hadir dengan format baru dan tentu berbeda dengan FFI. Jika pada FFI piala yang
diberikan disebut Piala Citra. Sedang di IMA, piala yang diberikan disebut
Piala Layar Emas Dalam ajang ini pemenang terbagi atas Terfavorit dan Terbaik.
Di mana untuk kategori Terbaik pemenang dipilih oleh dewan juri. Sedangkan
kategori Terfavorit pemenang dipilih oleh masyarakat.
Pada penyelenggarannya ajang ini pun tak luput dari
cibiran para netizen dan bahkan kalangan musisi, terutama yang paling mencuri
banyak perhatian adalah saat kemenangan Angel Pieters pada IMA 2015, dalam
kategori Soundtrack Terfavorit.
Di lansir dari merdeka.com
Beberapa
rekan seleb seperti Anggun C Sasmi, Pongki Barata, dan Glenn Fredly pun
menyayangkan hasil keputusan yang memenangkan Angel sebagai pemenang lewat
cuitan di akun Twitter masing-masing.
"Bangga
#FlyMyEagle masuk nominasi #IMA2015 @OfficialRCTI Bravo untuk para artis
nominator lain, juga untuk pemenang walau tidak masuk nominasi," tulis
Anggun.
"Ini
bukan masalah siapa yang menang, tapi kredibilitas & akuntabilitas IMA 2015
jadi dipertanyakan publik..Menanti penjelasan @OfficialRCTI," tulis Glenn.
"Baru
nyadar..baru nyadar... Dalam award kemarin ada pemenang yang bahkan tidak ada
dalam nominasi!! Hahaha... Nice job," tulis musisi Pongki Barata melalui
akun Twitter-nya.
Masalahnya adalah Angel Pieters tidak masuk nominasi,
yang masuk nominasi hanya 5 orang yaitu, Glenn Fredly “Tinggikan”, Saint Loco “Di
Balik Istana”, Pongki Barata “Seluas Itu”, Mahadewa “Immortal Love Song”, dan
Anggun C Sasmi “Fly My Eagle”.
Namun tiba-tiba seminggu sebelum pengharggan itu
dilaksanakan, Angel Pieters masuk nominasi dengan lagunya “Indonesia Negeri
Kita Bersama”, dan lebih parah lagi dia pun memenangkan pengharggan itu dengan
kemenangan telak.
Di sini saya tak hendak menyalahkan Angel, namun
masyarakat sudah terlanjur mencium bau ketidak adilan. Ada yang berkomentar
Angel bisa menang karena kebetulan lagu tersebut di ciptakan oleh istri dari
pemilik MNC grup, orang yang mengadakan acara ini.
Pihak RCTI pun sampai memberikan bukti kemenangan
Angel dalam poling SMS
Di lansir dari Metrotvnews.com Angel menang dengan
memproleh voting tertinggi 70,63%. Keren banget yah, Angel menang TELAK dalam 6
hari masuk nominasi!
10. INBOX Awards
Inbox Awards juga tak kalah menuai perhatian dari para
netizen, bagaimana tidak Aliando bisa menang Awards sebagi penyanyi Solo Pria paling
Inbox 2016 mengalahkan nomine lainnya yang sudah memiliki jam terbang tinggi. Tapi
saya garis bawahi, saya orangnya tak memandang kualitas dari pengalaman dan
umur seseorang. Mau tu orang baru dan anak kecil pun tak apa jika memang dia
berkalitas. Saya juga bukan mencela Aliando jelek, dia salah satu aktris multi
talenta menurut saya. Namun di sini, Aliando masih kurang matang dalam olah
vokal, lagu-lagunya masih kurang di dengar masyarakat luas. Aliando lebh di
kenal sebagai Aktor sinetron di banding penyanyi. Jika di banding dengan
nominasi lainnya, saya rasa masih ada nomine lain yang pantas mendapatkannya
karena kulitas vokal dan hits lagunya tahun itu yang jauh lebih di ketahui
masyarakat luas.
Kesimpulan:
Jujur
saya miris, marah, sedih, kecewa, malu, kesal…
Ya Tuhan ni bangsa harus di
benahi, memalukan sekali tuhan. Generasi bodoh? Atau generasi tak perduli? Mengutip
sebuah kata bijak, “Bahwa dunia ini menakutkan bukan kerena banyaknya orang jahat, tapi
karena banyaknya orang tak perduli.”
Kamu yah kamu orang yang
baca tulisan ini, apa kamu tidak merasa jijik? Melihat kebodohan meraja lela,
kebodohan yang di berikan oleh saudara-saudaramu sendiri yang berkauasa. Mereka
yang berkuasa bahkan melupakan darah yang mengalir di tubuh mereka, keserakahan
dan kerakusan memakan hati nurani.
Wajah-wajah
mereka yang bersolek bak malaikat lewat POLITIK
dan mencari perhatian (pendusta). Muak saya dengan muka-muka mereka akting
dengan senyum ramah, sumbang sana-sumbang sinih. Tapi dibelakang mereka sedang
menyiapkan rencana untuk menghancurkan kita, saudaranya sendiri. Membodoh-bodohi
dan yang dibodohi juga diam saja, yah yang dibodohi terlalu pasrah dengan
keadaan bahwa negeri ini memang lah seperti ini.
Keduanya tau, orang yang
membodohi dia sedang merusak banyak aspek negeri ini dan yang di bodohi juga
tau dia sedang dibodohi. Dan kebodohan-kebodohan ini menjadi kebiasaan dan
akhirnya membudaya, yang akhirnya membuat si penguasa juga ikut bodoh, karena
terlalu sibuk membodohi orang. Dan tanpa sadar dia sedang dibodohi orang lain
yang bukan saudaranya (dasar budak).
Beginilah ajang pengharggan Indonesia, kamu bisa menang
kalo kamu banyak uang dengan cara voting SMS sebanyak-banyaknya. Kamu bisa
menang kalo kamu adalah anak emas dari stasiun TV tersebut. Memalukan, kapan
pertelevisian Indonesia akan bangkit?
Semoaga suatu saat nanti
akan datang ajang penghargaan prestisius bagi insan-insan seni yang benar-benar
TERHORMAT.
Maaf karena tak semua acara
pengharggan di TV saya masukan, jika ada saran dan kritik yang membangun
silakan kirim di kolom komentar.
Salam Anisa Awal
#BerubahlahSinetronIndonesia