Selasa, 21 Maret 2017

TERPURUKNYA SERIAL TV INDONESIA


Blog Pertelevisian Indonesia ini saya buat berdasarkan pengamatan saya slama 10 tahun belakangan ini. Apa yang saya lihat dan saya rasakan sebagai penonton, tidak ada maksud cari masalah, membandingkan, karena ini real berdasarkan pendapat saya sebagai penonton.
Sebagai anak bangsa Indonesia, saya berharap Indonesia tak miskin kreatifitas lagi, karena selama ini saya melihat pertelevisian Indonesia hanya maju di tempat. Dan saya tidak memungkiri selama ini saya lebih suka menonton serial drama luar, seperti Taiwan, Jepang, Korea, Thailand, Filipina, dan Cina. Untuk Film saya lebih mencintai buatan negeri sendiri. Tapi bukan berarti saya tak mencintai drama negeri sendiri, tapi otak saya tak nyampe untuk drama-drama Indonesia, yah walau ada satu-dua dari bertahun-tahun saya amati. Wahai para sineas yang mempunyai gelar di belakang nama kalian, malulah pada DIRI SENDIRI. Dan untuk para PH dan Stasiun TV, malulah sama VISI DAN MISI kalian sendiri.
So… mari kita babat habis ini semua bersama A.A.

Pengertian Televisi menurut Wikipedia Bahasa Indonesia:
Televisi adalah sebuah media telekomunikasi terkenal yang berfungsi sebagai penerima siaran gambar bergerak beserta suara, baik itu yang monokrom (hitam-putih) maupun berwarna. Kata "televisi" merupakan gabungan dari kata tele (τῆλε, "jauh") dari bahasa Yunani dan visio ("penglihatan") dari bahasa Latin, sehingga televisi dapat diartikan sebagai “alat komunikasi jarak jauh yang menggunakan media visual/penglihatan.”
Penggunaan kata "Televisi" sendiri juga dapat merujuk kepada "kotak televisi", "acara televisi", ataupun "transmisi televisi". Penemuan televisi disejajarkan dengan penemuan roda, karena penemuan ini mampu mengubah peradaban dunia. Di Indonesia 'televisi' secara tidak formal sering disebut dengan TV (dibaca: tivi, teve ataupun tipi.)

Sejarah Singkat Televisi Indonesia:
Televisi Indonesia adalah sebuah stasiun televisi yang dapat dinikmati di negara indonesia kini televisi indonesia berjumlah 18 televisi diantaranya 1 televisi pemerintah dan 17 televisi swasta. Pada awalnya rakyat indonesia hanya dapat menikmati satu televisi saja yaitu TVRI, TVRI mengudara pada tanggal 24 Agustus 1962. Siaran perdananya Upacara Peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-17 dari Istana Negara. Siarannya ini masih berupa hitam putih. Sekitar tahun 1989 stasiun televisi RCTI diluncurkan, pada tahun 1990 Menteri Perhubungan Indonesia memperbolehkan RCTI untuk tayang sebagai televisi nasional dan akhirnya tahun 1991 mulailah tercapai impian RCTI sebagai televisi nasional Indonesia. Di susul pada tahun 1992 stasiun televisi SCTV diluncurkan pada awalnya SCTV diluncurkan untuk menambah kenyamanan rakyat surabaya yang saat itu hanya dapat menikmati TVRI saja pada awalnya singkatan SCTV ialah (Surabaya Centra Televisi) namun setelah tahun 1993 nama SCTV diubah menjadi (Surya Citra Televisi) karena SCTV tlah menjadi televisi nasional kemudian munculah televisi televisi swasta lainya hingga tahun ini.

Perkembangan stasium televisi indonesia sangatlah pesat saat ini saja sudah ada sekitar 40 stasiun televisi di indonesia dan 18 stasiun televisi nasional dan berikut 18 stasiun Televisi Nasional Indonesia:
- TVRI (1962-sekarang) - RCTI (1989-sekarang)
- SCTV (1990-sekarang) - TPI (1991-2010) Sudah Tidak Tayang
- MNCTV (2010-sekarang) - Antv (1993-sekarang)
- Indosiar (1995-sekarang) - Metro TV (2000-sekarang)
- Trans TV (2001-sekarang) - TV7 (2001-2006) > Trans7 (2006-sekarang)
- Global TV (2002-sekarang) - Lativi (2002-2008) > tvOne (2008-sekarang)
- NET. (2013-sekarang) - B-Channel(2009-2014) > RTV(2014-sekarang)
- Kompas TV (2011-sekarang)
- SUN TV (2007-2011) > SindoTV (2011-2014) > iNews TV (2014-sekarang)

“TAYANGAN TELEVISI JAMAN DULU SAMPAI SEKARANG”
Saya akan membagi menjadi 5 konten dalam tayangan televisi:
1. Drama atau Sinetron
2. Talkshow, Games/Kuis, Reality Show, dan Dokumenter
3. News dan Infotainment
4. Acara Musik
5. Iklan/Komersial

A. Perkembangan tayangan televisian Indonesia:
1. Drama atau Sinetron Indonesia
Dari dulu tayangan sinetron yang di buat oleh anak bangsa, yang disuguhkan oleh para stasiun tv Indonesia (yang katanya visi dan misinya mendidik, inovatif, kreatif,  insfiratif, dan berkualitas). Nayatanya tak banyak yang berubah (masih jalan di tempat), malah semakin hari semakin terpuruk ke dalam jurang kebodohan dan kemiskinan hahaha. Jika dunia PerFILMan Indonesia berada di nilai 8,5 dari 10, maka Sinetron Indonesia berada di nilai 2 dari 10. “Kenapa?” Ini tak lepas dari Persiapan, Jumlah Episode dan Jam Tayang, Genre dan Cerita, Sinematografi, Soundtrack, Pemain, Karakter, Tujuan, dan terakhir Trend.
Hal yang paling mendasari dari Sinetron Indonesia adalah TREND, BUKAN KUALITAS. Banyak sekali yang mendasari trend sinetron Indonesia mulai dari adaptasi (plagiat) dari negara lain, penayangan drama luar, genre, dan judul.
Maka tak khayal ada musim telenovela, ada musim drama mandarin/taiwan, ada musim drama korea, thailand, jepang, india, dan turki. Yang meraja lela dan menjadi dewa di negeri ini.
Sekarang kita akan kupas hal-hal yang mendasari sinetron Indonesia itu di level terendah sineas dunia (my opinion), dan akan kita bandingkan dengan serial luar yang bahkan bisa menembus rating tinggi di negara orang.
Sinetron Indonesia:
a. Persiapan
Persiapan sinetron di Indonesia dikerjakan seperti mendadak, muali dari cerita dan artisnya. Cerita yang di buat dadakan karena akan menggantikan sinetron yang sedang tayang, yang akan segera berakhir. Begitu juga jika sinetron akan di perpanjang maka penulis harus menulis mendadak, dan pengambilan gambar dadakan hari ini, untuk tayang besoknya, yang mengakibatkan kualitas editing visual dan audio yang apa adanya dan segituhnya, karena waktu yang mepet.
Jika KALIAN PIKIR JAM TERBANG MEMBUKTIKAN KUALITAS, maka kalian SALAH. Pengalaman, gelar, dan usia tak menjamin Kualitas di bidang ini, yang menjamin kualitas adalah KREATIFITAS dan kemampuan. Tak perduli siapa dirimu.
Perbandingan: Jika dibandingkan dengan negara lain, mereka itu 100% serius dalam pembuatan dramanya. Contoh negara korea naskah di buat secara matang dari awal sampai ending, sehingga pemain sudah membaca naskahnya keseluruhan sebelum memutuskan untuk ikut casting atau tidak. Menentukan target penonton, genre, tujuan, seting tempat, dan pemilihan karakter tokoh. Melakukan pembacaan naskah pertama (reading) dimana semua pemain berkumpul.
Bahkan mereka membuat drama 100% pre-record (syuting sebelum tayang), kerenkan? Gak kaya kita yang pake sistem ngebut semalam, kaya pelajar aja wkwkwkwk ckckckkk. Mereka juga bahkan mempersiapkan soundtrack, bahkan album untuk serial drama yang mereka buat.
1. Pembacaan pertama naskah drama Goblin

2. Behind the scane The K2, mulai dari latihan Fighting, Efek kamera 360°, di sana juga terlihat perbedaan filter warna dari pengambilan gambar dan setelah di tayangkan. Ini membuktikan betapa seriusnya mereka membuat sebuah sinetron yang tayangnya hanya 16 episode itu.


b. Judul

Judul Sinetron Indonesia juga terkenal akan penyakin latahnya, pada tahun ± 2006 Indonesia di domisili dengan judul sinetron, yang berupa nama orang. Hampir semua setasiun berbondong-bondong menggunakannya. Mulai dari INTAN permata, Gerhana Bintang, Niki-niki, dan masih banyak lagi. Judul-judul alay (lebay) juga pernah jadi trend, terutama bagi penggemar FTV Indonesia. Mulai dari Cintaku Kesangkut Tali Layang-layanglah, Cintaku Terjun Kejuranglah, yang gak ada di ada-adain deh. Dan pasti deh penyakit latahnya kumat, jika stasiun sebelah sinetronya lagi buming judul ini, eh yang sebelahnya lagi ikut-ikutan. Misalnya Serigala-serigala Menjadi Manusia Harimau.

Perbandingan: Judul yang digunakan oleh sinetron-sinetron luar, menggunakan dua bahasa. Pertama bahasa negera mereka dan kedua bahas inggris, agar penonton luar memahami judul tersebut. Mereka juga menggunakan judul yang unik (tidak lebay) bahkan puitis.
c. Jumlah Episode  dan Jam Tayang
Sudah tidak asing lagi, seluruh negeri ini sudah tahu bagaimana penayangan sinetron di Indonesia. Jumlah episode yang ribuan dan tayang tiap hari, kadang dalam satu kali tayang bisa dua episode (2 jam), di tambah lagi tayangnya bertahun-tahun adalah ciri khas dari Sinetron Indonesia.
Semua pasti sudah pada tahu sinetron Tersandung (7 tahun dan setiap hari), Tukang Bubur Umroh (5 tahun dan setiap hari), Cinta Idul Fitri (4 tahun dan setiap hari), dan masih banyak lagi yang lainnya. Walaupun tujuan penayangan televisi adalah untuk kepentingan publik/masyarakat, namun ini tak lepas dari permainan para pembisnis, karena pada dasarnya televisi sebagai intitusi bisnis. Kemabli lagi saya tanyakan “Kenapa?”, karena mereka melihat rating dari penonton. Jika penonton banyak, maka semakin banyak juga comersial yang terjual. Maka mereka harus memperpanjang sinetron tersebut, dengan resiko cerita yang acak kadut tak tahu arah ke kampung halaman. Agar keuntungan terus mengalir.
Dulu pada awal-awal televisi ada di Indonesia, misalnya TVRI “Jendela rumah kita 1989-1990 durasi 60 menit, hanya memiliki 16 episode. Siti Nurbaya tayang hanya setiap hari Sabtu jam 8 malam. Lalu serial Amerika di RCTI dan SCTV pada awal tahun90-an menayangkan judul yang sama MacGyver pada hari jum’at jam 8 malam. Dulu dalam satu pekan hanya tayang sekali, sekarang ribuan episode dan tayang setiap hari. Tapi saya bersyukur berarti artis-artis dan kru-kru orang Indonesia gak pernah sakit. Yang penting monei, kualitas yang paling ujung.
Perbandingan: Sinetron luar jumlah episodenya wajar dan jika di bandingkan dengan sinetron kita bisa berratus-ratus kali lipat jumlahnya lebih banyak sinetron kita. Mereka membuat 10-65 episode untuk satu buah judul sinetron.
Sedangkan untuk jam tayang sinetron luar, hanya 1 sampai 2 kali tayang dalam sepekan, dan sekali tayang itu satu episode dengan durasi 45-60 menit. Sedangkan Indonesia tayang setiap hari, kadang satu kali tayang bisa dua episode dengan durasi 2x (45-60 menit). Membosankan….
d. Genre dan Cerita
Genre sinetron Indonesia tak jauh dari cinta segitiga, anak sekolah, si miskin dan kaya. Pasti deh itu lagi - itu lagi, paling drama kolosal sebagai pemanis. Ada yang buat saya lucu sama drama Indonesia, kalo misalkan ada pemeran yang mau di ganti, sedangkan sinetronnya masih laku. Pasti deh, mereka akan buat cerita dadakan dengan bikin pemerannya kecelakaan parah, lalu di oprasi plastik deh. Dan magicnya drama Indonesia itu, dalam waktu beberapa hari orang yang di oprasi plastik total dapat sembuh dengan wajah yang berubah derastis total tanpa ada cacat. Kalo secara logika yang namanya di oprasi plastik total, pasti ada cacatnya, terus butuh waktu berbulan-bulan atau bertahun-tahun untuk sembuh. Harus bengkak dululah, oprasi bagian ini dululah, itulah, ini-itulah. Bahkan walau dengan wajah yang dibalut dengan kasa, itu pasien masih pake lipstik dan bulu mata palsu, kalo aktrisnya itu cewek.
Lalu Fenomena drama luar negeri:
- Mandarin: Boboho, Putri huan zhu, dll
- Telenovela: Carita de Ángel, Marimar, Amigos, Cerita a la Latino yang sukses tahun 90an - 2000an yang kemudian Indonesia membuat cerita yang sama.
- Taiwan: Mars, Meteor Garden, Twins, Hot Shot, dll.

Ada juga The Hospital yang di bintangi artis Indonesia juga Agnes Monica.
- Jepang: Itazura Na Kiss, Oshin, dll.
- Korea: Endless Love, Full House, BBF, The Great Queen Seondeok, Descendants Of The Sun (DOTS), dll

- Turki: King Suleiman, Elif, Cinta di musim Chery, Canzu dan Hazel, dll.
- Filipina: Pangako Sa’yo, On The Wings of Love, Kaulah Takdirku, dll.
- India: Mahabrata, Mahadewa, Jodha Akbar, Navya, dll.


Serial-serial tv luar tersebut terus meraja lela, karena masyarakat menikmatinya. “Kenapa?” Mereka mempunyai cerita yang kuat, terarah dan konsisten, namun tak mudah di tebak. Sehingga membuat penonton penasaran akan cerita-cerita selanjutnya. Bahkan lebih parahnya lagi, banyak stasiun tv kita yang memplagiat drama-drama luar.
Perbandingan: genre atau tema dari negara luar lebih variatif, ada kisah si dokter, si pasukan khusus, si tukang jahit, si tukang keramik, si tukang kayu, si detektiv, si pak polisi, si piskopat, si tukang obat herbal, si biksu dan pastor, si chef, si petani, si presiden, pengacara, jaksa, reporter, news angker, si peramal, pisikolog, pemain bola, pemain bulu tangkis, basket, dll dari segi profesi semuanya di gali. Dari segi kebudayaan, ada kisah kerajaan, seni tari, musik dan alat musiknya, adat istiadat, buku, pariwisata, peninggalan sejarah, dll. Dari segi perkembangan, kecanggihan transportasi, gadget, kuliner, fashion, karya seni, kecanggihan teknologi kesehatan, kecanggihan teknologi games, dll. Semua yang saya tulis di atas semuanya pernah jadi tema serial drama di negara-negara seperti taiwan, korea, thailand, dll.
Akibatnya mereka dapat mengangkat kepercayaan publik dan memberikan gambaran serta pengetahuan baik di dalam maupun luar negeri (penonton), tentang cara kerja setiap profesi seseorang. Contohnya serial dengan tema tentang profesi jaksa, kita bisa tahu cara kerja seorang jaksa, ruang sidang seperti apa, hakim, pengacara seperti apa, semua yang berhubungan dengan jaksa akan terceritakan di sana.
Itu baru satu contoh dari sekian banyak tema yang mereka sajikan. Sedangkan drama Indonesia temanya cinta segitiga, si miskin dan si kaya, itu lagi-itu lagi. Apakah indonesia miskin ide, gak kreatif, bodoh, atau gak ada penulis-penulis handal? Jawabannya tidak, saya sebagai seorang penulis pernah menghubungi PH-PH terkenal sampai yang biasa saja dan jawaban dari mereka membuat saya tercengang dan geleng-geleng, hahahha. Tapi ya sudahlah itu bagian dari pengalaman. Untuk segi Genre mreka juga memasang berbagai jenis genre, ada Humor, Romance, Action, Horor, Fantasi, Fiksi Ilmiah, dll.
e. Efek Visual
Untuk urusan efek visual jangan ditanya lagi, Indonesia tak ada yang istimewa. Bahkan jika saya bandingkan dengan film Pusaka Penyebar Maut pada tahun 1990, dengan serial Indonesia tahun 2017 di zaman yang SUPER DUPER CANGGIH. Sinetron Indonesia tidak ada apa-apanya, kita bisa merasakan kesungguhan pembuatan film tersebut padahal film tersebut di buat pada tahun 90an. Mulai dari adegan fighting, meledak, adegan terbang menggunakan kawat sling, sampai efek jurus-jurus yang keluar, justru terihat apik pada Film keluaran tahun 90an tersebut. Dibandingkan dengan sinetron Indonesia abad ini, malah di buat asal-asalan. Adegan terbang baik menggunakan kawat sling, ataupun menggunakan editan aplikasi komputer, sama-sama terlihat kejanggalan. Kadang kawatnya masih terlihat, atau arah terbangnya gak tentu arah, apalagi kalo hasil editan, kelihatan banget hasil editannya, adegan yang ngeluarin jurus-jurus gak jelas itu juga, masih terihat gak realnya.
Pokonya dari segi pengambilan gambar (angle), editing, filter, kualitas gambar, sinetron Indonesia itu BIASA AJA.
Perbandingan: Kita gak usah jauh-jauh membandingkan dengan negara luar, kita bandingkan dulu saja serial Indonesia abad 21. Sinetron-sinetron tahun 2017 ini yang teknologinya super canggih, dengan Film Indonesia tahun 90-an Pusaka Penyebar Maut.

Kalian bisa bandingkan sendiri dari efek terbang, fighting, dan kilatan-kilatan jurus yang dikeluarkan para petarung terlihat apik. Ditambah lagi ada adegan dimana ada pemain yang terkulai mati di pinggir rumah terbakar/ meledak, dia tetap profesional dalam posisi adegan mati meski rumah dipinggirnya meledak. Kerenkan?
Sekarang kita bandingkan dengan efek visual drama Korea bergenre fantasy, tentang Mermaid (The Legend of the Blue Sea, yang berjumlah 20 episode).

Dari situ kalian bisa bedakan perbandingannya dengan serial tv Indonesia yang mengusung tema yang sama, mulai dari latihan, efek, persiapan, dan lokasi pengambilan gambar. Semuanya di buat secara matang dan apik.
f. Pemeran
Pemeran/tokoh/aktor, merupakan bagian penting dalam sinetron. Terutama sinetron Indonesia, karena populer tidaknya pemeran utama akan menarik para sponsor bagi sinetron mereka.  Dalam stasiun TV di Indonesia jika ada sebuah sinetron yang sedang tayang dan di awal memiliki rating yang baik. Maka stasiun tv tersebut akan mengmbar gemborkan pemeran utama tersebut. Dengan gosip cinlok lah (yang pastinya cuma setingan), atau interview makan batagorlah, jadi ratu dan raja di acara ulang tahun stasiun tv lah, ah parah banget deh.
Karena stasiun tv Indonesia menayangkan sinetronnya setiap hari dan dalam satu hari cuma ada 2-3 sinetron. Otomatis, kita akan bertemu dengan aktor dan aktris itu lagi- itu lagi. Dan jika sinetronnya telah selesai, namun si pemeran utamanya masih populer di kalangan pemirsa. Maka sinetron yang baru pun, kita akan bertemu dengan mereka kembali. Walau judul sinetron yang berbeda namun rasanya masih sama. Mulai dari pemeran-pemerannya dan cerita yang pastinya itu-itu aja. Sehingga Indonesia tidak banyak menghasilkan banyak artis, dan mengubur para senior-senior yang mungkin masih sangat keren aktingnya.
Bukan hanya sampai disitu, pemeran utama di Indonesia diwajibkan harus muda, memiliki paras cantik, tubuh elok, kalo bisa keturunan Indo, dan yang pasti kulaitas akting nomer belakang. Jadi kalo kamu udah aki-aki, jelek, gendut, jangan harap jadi pemeran utama yah.
Perbandingan: para pemain luar memiliki akting yang natural, mereka juga tak melulu menggunakan pemain muda untuk jadi pemeran utama. Mereka sering memakai pemeran nenek ataupun kakek-kakek untuk menjadi pemeran utama, mereka lebih mementingkan kualitas itu yang penting!
Kita juga dapat melihat dari sisi penayangan produktivtas drama luar negeri, dalam watu sepekan bisa menayangkan sedikitnya 6  buah judul drama, itu juga dalam satu buah stasiun tv. Berarti jika kita hitung dalam 1 TAHUN mereka bisa memproduksi ±25 judul sinetron dalam SATU BUAH STASIUN TV. Perbedaan antara bumi dan matahari jika di banding negara kita, dalam waktu 2 TAHUN kita hanya bisa memproduksi 10  judul sinetron dari hampir SEMUA STASIUN TV.
g. Karakter (Makeup dan Kostum)
Penulis pasti berimajinasi untuk membuat sebuah tokoh menjadi hidup dengan membubuhi karakter didalamnya. Baik itu postur tubuh, sifat, gestur, kostum, dan pastinya makeup untuk menghidupkan tokoh yang sesuai dengan apa yang tertera di skrip. Ada beberapa cara untuk menunjang karakter tersebut, ada aktris yang sudah di targetkan oleh penulis untuk memerankan tokohnya, ada yang di sarankan oleh sutradara, atau stasiun tvnya. Tapi yang pasti, itu balik lagi ke si aktris tersebut. Apa dia mampu memerankan karakter tersebut dengan kualitas aktingnya, atau tidak. Dan berhasil atau tidaknya peran tersebut tergantung penilaian penonton.
Namun yang terjadi di Indonesia, seperti yang saya bahas sebelumnya, karena pemeran ditentukan bukan karena kulitas ataupun karakter yang diinginkan melainkan aktris itu sedang booming atau tidaknya. Dan naskah yang ditulispun tidak matang dan tak tau arah, jadi penokohan pun asal jadi, kostum yang digunakan sesuai dengan gaya si aktris.
Ada hal yang sangat janggal di sinetron Indonesia, jika ada adegan hendak tidur ataupun bangun tidur, tapi makeup masih full di wajah si aktris. Maskara, bulu mata, blush on, lipstik merah, itu mau tidur atau mau keondangan. Hahaha, lebay deh lu…
Perbandingan: drama luar seperti yang saya katakan sebelumnya tentang tema, mereka memiliki banyak tema untuk serial dramanya, sehingga aktris pun harus mengikuti karakternya profesi yang di berikan ke pada mereka. Seorang reporter harus memiliki gaya seorang reporter, pelukis harus memilki karisma seorang pelukis.
Untuk kostum mereka sudah prepare mulai dari mengukur ukuran tubuh si aktor, agar kostum yang disiapkan oleh penata kostum yang akan menunjang karakter profesi si aktor dalam dramanya. Dan makeup yang digunakan, kebnayakn mereka menggunakan makeup natural, hanya untuk karakter-karakter yang sangat iconic yang mereka buat dengan sangat detil. Karena mereka lebih mementingkan kualitas akting si aktris/aktornya sendiri untuk menciptkan mimik muka yang sesuai dari pada makeup (makeup hanya sebagai penunjang).
h. Soundtrack dan audio
Soundtrack (ost), adalah lagu yang akan menjadi pengiring, pembuka, ataupun penutup sebuah drama. Umumnya lagu yang di putar adalah lagu yang mewakili isi drama tersebut. Saat ini soundtrack drama lebih banyak menggunakan lagu-lagu populer ketimbang lagu yang mewakili isi cerita tersebut, bahkan lagu-lagu jadul alias jaman dulu. Misalkan sinetron tersebut di buat dan tayang tahun 2017, tapi lagu soundtracknya bisa dari tahun 2007. Waaaaah tepuk tangan saudara-saudara, hebat-hebat. Kalo untuk yang satu ini, mereka prepare banget. Sampai-sampai soundtracknya udah rilis 10 tahun sebelumnya hahaha… parah.
Perbandingan:drama luar juga bahkan mempersiapkan soundtrack, bahkan album untuk serial drama yang mereka buat. Mereka mencari penulis dan pembuat lagu terbaik untuk mengiringi dan membuat lagu yang sesuai dengan tema serial drama mererka. Bukan hanya itu, penynyinya pun mereka pilih-pilih untuk mengisi soundtracknya, dan lagu pengirinya pun bukan hanya satu atau dua lagu, bahkan satu album. Sebegitu seriusnya negara luar membuat drama. Bahkan sound atau audio pengiring situasi saat mengiringi suasana kadaan ataupun perasaan pun di buat apik, misal pengiring tetesan air yang jatuh, pengiring suasana hati yang sedih, pengiring suasana ketakutan, benar-benar di buat apik tenan.
Kita ambil contoh lagi dari drama Korea, maaf jika terus membandingkannya dengan Korea. Karena negeri gingseng ini, menjadi negara dengan serial tv paling di minati di dunia. Kita ambil soundtrack Descendants of The Sun (DOTS) yang pada 2016 menjadi drama terpopuler di Dunia. Bagaimana tidak, saat masih tayang di Korea drama tersebut sudah di kontrak untuk tayang pula di 27 negara lainnya, termasuk Amerika Serikat. Di lansir dari REPUBLIKA.CO.ID Sekarang lebih dari 32 negara sudah menayangkan drama tersebut, mulai dari Asia, benua Australia Oceania, Benua Eropa termasuk Prancis, Jerman, Ingris, bahkan Arab Saudi dan Iran. Saking gilanya derama tersebut di jual 100 ribu dolar/ episode di Jepang.
Serial DOTS juga mengantarkan soundtrack menempati urutan teratas di digital-digital chart korea.
Bagaimana tidak untuk sebuah serial drama, DOTS memecahkan rekor Album fisik soundtrack terbanyak yang terjual, bahkan mengalahkan album-album soundtrack sebelumnya seperti Replay 1988 yang mampu menjual 40 ribu copy. DOTS sendiri di korea menembus angka penjualan 10 miliar rupiah. Dan untuk albumnya sendiri di korea terjual lebih dari 60 ribu copy. Hal ini belum termasuk hasil penjualan lagu-lagu tersebut secara terpisah. Berikut album fisik soundtrack DOTS Vol.1 dan Vol.2 .

i. Tujuan
Setiap sinetron memiliki tujuan atau amanat yang ingin disampaikan pada penontonnya. Biasanya amanat disampaikan pada klimaks atau di simpan di akhir cerita. Tapi sinetron Indonesia judul, tema, dan endingnya saling bertolak belakang. Judulnya apa, temanya apa, endingnya jaka sembung. Selama 10 tahun terakhir dapat di hitung jari, drama yang menyampaikan amanat yang baik ataupun ending yang sesuai dengan jalan cerita.
Bagaimana pun tujuan diciptakan, agar pemirsa memahami, mengambil pelajaran, dan merasakan, maskud dan tujuan cerita tersebut. Jika cerita di buat asal, maka tujuan yang di capai pun tak di ketahui, sehingga penonton tidak dapat mengambil amanat dari cerita yang mereka tonton selama ini.
Perbandingan: serial drama luar negeri itu memiliki tujuan dan nilai moral yang jelas dengan  menyampaikan ending dan klimaks yang memukau. Sehingga di akhir penonton dapat mersakan sesuatu inti dari drama tersebut, baik itu prasaan senang, kenangan, amanat, contoh, kenangan, ataupun kesedihan. Sedangkan kita??? ZONK.
j. Kesimpulan
Mungkin kalian berpikir kenapa harus dibanding-bandingin sama drama luar? Kalo gak di banding-bandingin sama yang lebih bagus, terus mau di bandingin sama yang jelek. Sinetron Indonesia sendiri itu tuh udah yang paling jelek mau di bandingin sama yang jelek mana lagih?
Menurut aku gak ada salahnya kita niru yang bagus-bagus dari yang lain, toh pada kenyataannya para penonton bapak-bapk ibu-ibu semua yang ada di sini (hahaha malah nyanyi), lebih suka drama luar di banding sama drama buat negara sendiri, yang adegannya suka terbang-terbang gak jelas. Kulitas, kreatifitas, dan biaya produksi yang edan-edanan, kalian dapat lihat dari drama negeri orang, akan berbanding lurus dengan hasil yang di dapat. Percayalah, para sineasku kembalikan lagi jiwa senimu yang murni. Bekerjalah karena kalian mencintai seni, maka kalian akan ikhlas melakukannya dan tak merasa capek. Jangan bekerja untuk uang, para sineasku.
Persiapan, Jumlah Episode dan Jam Tayang, Genre dan Cerita, Sinematografi, Soundtrack, Pemain, Karakter, dan Tujuan. Sekarang kalian tahu kenapa aku kasih nilai 2 dari 10. Persiapan yang dadakan, episode dan jam tayang yang keterlaluan, cerita dan genre yang itu-itu aja, sinematografi / efek visual yang pakai kecanggihan abad 300SM, soundtrack yang asal terkenal, pemain yang penting lagi naik daun, muda, dan punya wajah kece, karakter yang gak sesuai, dan tujuan serta ending yang tak jelas.
Apa serial drama/ sinetron Indonesia seburuk itu sampai dikasih nilai 2?
Kembali lagi, emang aku siapa? Apa aku itu orang penting? Aku ini bukan anak film ataupun orang sinetron, aku hanya penulis awam dan seorang penonton yang memberi opiniku. Jika aku menyinggung pihak tertentu aku minta maaf.
Aku ngasih nilai 2, bukan karena so tahu atau so pinter. Tapi sebaliknya, aku yakin sekali. Generasi bangsa Indonesia yang kreatif ini bisa dapat nilai sepuluh bahkan seribu dan ngalahin tuh negara-negara yang udah ngejajah sineas serial drama kita. Bahkan kita mampu untuk menginjakan kaki di negara mereka, kita bisa memutar balikan keadaan. Dan aku sendiri, aku percaya pada diriku bahwa aku mampu melakukannya, tapi aku gak bisa sendirian untuk mewujudkan ini, aku butuh orang-orang yang memiliki pemikiran sama seperti diriku.
Karena harus kalian tahu, serial drama dapat MENGUBAH BANYAK HAL DALAM KEHIDUPAN, berbangsa dan bernegara, bersikap dan prilaku. BANYAK HAL… LEBIH DARI YANG KAILAN PIKIRKAN. Aku gak mau serial drama buatan negeri sendiri akhirnya punah di telan zaman kecanduan drama luar.
BANGKITLAH PARA SINEAS YANG KREATIF, BANGKITLAH PARA PENULIS YANG IMAJINATIF, BANGKITLAH PARA PRODUCTION HOUSE YANG PRODUKTIF DAN AKTIF, BANGKITLAH PARA STASIUN TV YANG INSFIRATIF, DAN BANGKITLAH PARA PENONTON YANG HAUS AKAN SAJIAN-SAJIAN YANG MENDIDIK.
#BerubahlahSinetronIndonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar