Senin, 06 Februari 2017

CINTA TELAH PERGI - (1 Penyempurna)

CINTA TELAH PERGI
1
Penyempurna
Enam belas tahun yang lalu seorang Ibu bernama Rosa melahirkan seorang bayi perempuan,  bayi yang selama ini Bu  Rosa dan Pak  Adam (suami Bu Rosa) idam-idamkan selama dua tahun pernikahan mereka. Bayi sebagai pelengkap rumah tangga mereka dan membuat Bu Rosa merasa sebagai perempuan sempurna, pada hakikatnya.
Saat itu matahari hampir tenggelam, Bu Rosa sedang mengalami kontraksi hebat. Para suster dan Dokter pun sibuk mempersiapkan persalinannya. “Ayo Bu tarik nafas lalu buang!  Sedikit lagi Bu, kepala bayinya keluar! kata Dokter. Bu Rosa menarik nafas panjang dan mengeluarkan semua kekuatannya. Tak lama suara tangis bayi terdengar dengan kencang, dibarengi senyum lega dan bahagia dari semua orang yang menyaksikannya.
Di luar ruangan, Pak Adam menunggu dengan cemas, tapi saat dia mendengar suara tangisan bayi dari ruang bersalin, dia langsung bersyukur.
Dari dalam, suster pun keluar dan mempersilahkan Pak Adam untuk masuk dan melihat anak serta istrinya. “Silakan  masuk, anak anda sudah lahir!” kata suster. Pak  Adam pun masuk ke dalam. “Selamat, bayi perempuan anda begitu cantik Pak,” kata Dokter. Pak Adam dan Bu Rosa saling berpandangan. Mereka tersenyum melihat bayi yang ada di samping Bu Rosa itu.
            Tiga hari telah berlalu, saat itu perusahaan KR (Kusuma Rahman) grup sedang genting karena perebutan saham. Ayah Bu Rosa atau Pak Halim Kusuma Rahman harus berebut saham terbesar dengan adiknya Pak Hasan Kusuma Rahman, untuk mendapat kursi sebagai pemilik terbesar di perusahaan. Keluarga mereka merupakan salah satu keluarga terkaya di Indonesia. Aset mereka berupa hotel,  restoran,  Mall,  taman bermain,  dan yang lainnya, yang tersebar di Indonesia dan di beberapa negara lain.
Hari itu tepat satu minggu anak Bu Rosa dan Pak Adam lahir. Mereka begitu cemas karena anak mereka selalu rewel dan tidak berhenti menangis. Mereka berinisiatif pergi ke Dokter, untuk mengecek kesehatan anak mereka. Setelah diperiksa, benar saja Dokter mendiagnosa bahwa bayi mereka mempunyai penyakit yang serius di bagian kepala. Kata Dokter, “Terdapat benjolan kecil dikepalanya.  Dan kemungkinan itu tumor! Jika  benar di kepala bayi itu terdapat tumor, maka ia masih bisa disembuhkan lewat jalan operasi dan operasi itu bisa dilakukan setelah sang bayi cukup umur.”
Malam harinya di rumah, mereka sedang berdebat membicarakan penyakit anak mereka. Mereka bingung apakah Pak Halim harus diberi tahu mengenai hal ini? Sedangkan ayah mertua Pak Adam itu, adalah orang yang selalu berusaha menjaga nama baik keluarga,  selalu ingin sempurna di mata orang lain. Mereka takut ayah mereka tidak menerima berita ini.
“Pah,  gimana ini? Apa kita kasih tahu Papah saja?” tanya Bu Rosa.
“Jangan Sayang,  jangan dulu! Lagian Dokter bilang anak kita pasti akan sembuh. Kamu tahu kan Papah seperti apa orangnya?”
Tak jauh dari tempat Bu Rosa dan Pak Adam berbincang,  Pak Halim datang dari Thailand untuk menemui keduanya. Ia sengaja datang untuk memberi kejutan dan tidak memberi tahu mereka. “APA? Cucuku sakit? Belum juga aku melihatnya, sudah mendengar berita yang seperti ini. Kalau tahu seperti ini, mungkin aku tidak usah buru-buru pulang. Tidak! Sebentar lagi pengumuman pemenang saham, jika berita ini tersebar maka aku akan kalah dan orang-orang tidak akan mau bekerja sama lagi karena masalah ini,” gumam Pak Halim.
 Pak Halim,  Kakek si bayi berencana membuang cucunya. Pak Halim takut orang luar tau, apa lagi kalau wartawan sampai tahu tentang cucunya. Ini pasti akan memalukan baginya, karena ini merupakan aib. Dan berdampak pada saham-sahamnya juga. Pak Halim pun pergi ke kamar cucunya,  saat Bu Rosa dan Pak Adam masih berdebat di luar.
            “Anak ini akan jadi bencana buat kelangsungan nama baik keluargaku kelak, yang selama ini telah aku jaga dari dulu. Apa yang harus kulakukan (terdiam sebentar)? Aku harus membuang anak ini secepatnya sebelum isu-isu aneh tersebar. Aku akan bilang ke publik, kalau anak ini meninggal saat dia dilahirkan. Dengan begitu semuanya akan baik-baik saja. Lagi pula, Rosa bisa hamil lagi nanti,”  ucapnya. Kebetulan di luar kamar ada Mbak Sari (pembantu rumah tangga) yang tidak sengaja mendengar perkataan Pak Halim.
Pak Halim membawa kabur dan membuang cucunya sendiri ke panti asuhan,  bernama Panti Asuhan Kasih di sebuah desa terpencil di luar kota. “Maafkan aku cucuku,  aku harus membuangmu. Karena kamu cucuku. Darah dagingku sendiri, aku tidak mungkin menyingkirkanmu dari dunia ini. Setidaknya kamu punya hidup baru di sini,”  sembari meletakkan bayi tersebut. Pak Halim pun pulang mengendarai mobilnya. Namun na’as diperjalanan pulang si Kakek mengalami kecelakaan yang mengakibatkannya meninggal dunia.
Mbak Sari yang mendengar rencana Pak Halim yang akan membuang cucunya, baru memberi tahukan Bu Rosa dan Pak Adam pada pagi harinya, bahwa anak mereka dibuang oleh ayah mereka. Belum sempat Bu Rosa dan Pak Adam menemukan anak mereka, Bu Rosa dan Pak Adam mendapat telepon dari rumah sakit. Bahwa ayah mereka mengalami kecelakaan dan meninggal dunia, sedangkan anak mereka tidak ditemukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar